Rabu, 17 April 2013

Kali ini saya akan coba shering bagaimana cara membuat Desain Typografi Cantik “Think Small & Big  Action” dengan menggunakan Photoshop, typografi adalah salah satu teknik seni desain grafis dengan menggunakan teks dan di buat dengan sedikit sentuhan kreatifitas sehingga terlihat menarik dan elegan.
Tingkat kesulitan tutorial ini menengah, serta teknik yang akan kita pelajari didalam tutorial ini adalah bagaimana menggunakan gradient tool dengan sentuhan lembut, teknik layer dengan blending option  sehingga terlihat tampilan teks simpel dan elegan.
Hasil akhir dari desain yang akan kita buat seperti pada gambar ini:tipografi
  1. Langkah awal adalah dengan membuat dokumen baru Photoshop dengan ukuran 600 Pixel x 300 Pixel.
  2. Klik tanda gembok kecil pada layer untuk membuka kunci layer awal, dan Klik OKdesain typografi
  3. Masukan Blending option > Color overlay Pilih warna biru pada layer backround untuk warna backround dengan kode #0c3ef5desain typografi
  4. Buat layer baru kemudian Gunakan tool Brush, set warna putih dengan sesuai paramenter ini dan turunkan opacity menjadi 35%desain typografi
  5. Masukan teks arial dengan tulisan “Think Small & Big Action” dengan ukuran 72pt.desain typografi
  6. Tambah efek blending option > Drop Shadow, Gradient Overlay dan Stroke pada teks “Think Small & Big Action” dengan parameter sebagai berikut.desain typografi desain typografidesain typografi 
  7. Pada Efek Teks “Tink Small & Big Action” Jangan lupa tamba Blending Option > Gradient Overlay Gradient Editor dengan parameter warna sebagai berikutdesain typografi8. Atur Jarak antar Spasi teks dengan ukuran 48 pttipografi
Untuk lebih membantu memahami struktur layer pada tutor ini, sahabat dapat mendownload Soruce PSD  gratis dari Tutorial ini di download source Typografi ThinkSmallBigaction.PSD

Senin, 25 Maret 2013




Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS  At-Taubah: 32-33)

Rabu, 20 Maret 2013




VITALITAS
Para pahlawan mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, di balik kelembutan sikap mereka. Itulah yang membuat mereka selalu penuh harapan, di saat virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang lain. Itulah vitalitas.
Tidak pernahkah kesedihan menghinggapi hati mereka? Tidak ada jalan bagi ketakutan menuju jiwa mereka? Pernahkah mereka tergoda oleh keputusasaan untuk mengundurkan diri dari pentas kepahlawanan? Adakah di saat-saat dimana mereka merasa lemah, cemas, dan tidak mungkin memenangkan pertarungan?
Para pahlawan itu tetaplah manusia biasa. Semua gejala jiwa yang dirasakan oleh manusia biasa juga dirasakan para pahlawan. Ada saat dimana mereka sedih. Ada saat dimana mereka takut. Jenak-jenak kelemahan, keputusasaan, kecemasan dan keterpurukan pun pernah menderita jiwa mereka.
Akan tetapi, yang membedakan para pahlawan adalah bahwa mereka selalu mengetahui bagaimana mempertahankan vitalitas, bagaimana melawan ketakutan-ketakutan dan kesedihan-kesedihan, bagaimana mempertahankan harapan di hadapan keputusasaan, dan bagaimana melampaui dorongan untuk menyerah dan pasrah di saat kelemahan mendera jiwa mereka. Mereka mengetahui bagaimana melawan gejala kelumpuhan jiwa.
Vitalitas hidup biasanya dibentuk dari paduan keberanian, harapan hidup, dan kegembiraan jiwa. Namun, ketiga hal ini dibentuk oleh paduan keyakinan-keyakinan iman dan talenta kepahlawanan dalam diri mereka. Dari sini saya kemudian menemukan bahwa para pahlawan mukmin sejati selalu memiliki tradisi spiritualitas yang khas. Mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan khas yang dibentuk oleh keyakinan yang unik terhadap keghaiban. Dengan cara itu, mereka mempertahankan keyakinan mereka pada pertolongan Allah dan harapan akan kemenangan. Dengan cara itu, mereka mempertahankan stamina perlawanan yang konstan. Kebiasaan-kebiasaan yang khas itu biasanya berbentuk ibadah mahdhoh, tetapi biasanya disertai juga dengan perilaku-perilaku tertentu yang sangat pribadi. Misalnya dua contoh berikut ini:
Dalam suatu peperangan. Kaum Muslimin menemukan betapa kekuatan Ibnu Taimiyah melampaui para mujahidin lainnya. Merekapun menanyakan rahasia kekuatan itu pada Ibnu Taimiyah. Beliau menjawab, “Ini adalah buah dari Ma’tsurat yang selalu saya baca di pagi hari setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari. Saya selalu menemukan kekuatan yang dahsyat setiap setelah melakukan wirid itu. Tapi, jika suatu saat saya tidak melakukannya, saya akan merasa seperti lumpuh hari itu.”
Suatu saat, dalam perang Yarmuk, Khalid Bin Walid menyuruh dengan marah beberapa pasukannya untuk mencari topi perangnya yang hilang dari kepalanya. Beberapa saat kemudian pasukannya muncul dan melaporkan kalau topi Khalid tidak berhasil ditemukan. Khalid pun marah dan menyuruh mereka mencari kembali. Akhirnya mereka menemukannya. Khalid kemudian merasa perlu menjelaskan sikapnya yang unik itu. “Di balik topi perang saya ini ada beberapa helai rambut Rasulullah saw. Tidak pernah saya memasuki suatu peperangan dan memakai topi ini, melainkan pasti saya merasa yakin bahwa Rasulullah saw mendoakan kemenangan bagi saya.”
Itu hanyalah sebentuk hubungan Khalid yang sangat pribadi dengan Rasulullah saw yang pernah menggelarinya ”pedang Allah yang senantiasa terhunus”. [anismatta.wordpress.com]

Ada 3 syarat utama amal soleh yang bernilai abadi dan ukhrowi :
1. Niat yang tulus.
2.Cara yang benar.
3.Tujuan yang baik dan mulia.

Rabu, 13 Maret 2013

Apa yang kita dapatkan dari film “Habibie & Ainun” yang sekarang tengah diputar di berbagai bioskop? Saya sendiri belum menonton dan tidak tertarik untuk menontonnya. Membaca resensinya saja –seperti yang sudah diposting oleh mbak Winda Maulida (http://www.kompasiana.com/windamaulida) dan teman lainnya di Kompasiana– sudah membuat saya menangis, apalagi kalau langsung menonton filmnya. Saya tidak membayangkan akan berapa hari saya menangis. Seperti yang saya dengar dari semua teman yang pernah menyaksikan film tersebut, mereka mengaku menangis. Termasuk teman yang tidak biasa menangis.
Dikisahkan Habibie dan Ainun di masa remaja menempuh pendidikan di SMP yang sama. Tahun demi tahun pun berlalu, hingga pada tahun 1962, mereka berdua bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta pada Ainun yang sudah berubah menjadi gadis cantik. Karena kecantikannya banyak pria yang menaruh hati pada Ainun. Kebanyakan yang menyukai Ainun adalah pria berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama sekali tidak minder. Dengan percaya diri ia datang ke rumah Ainun menggunakan becak sedangkan para ‘pesaingnya’ kebanyakan bermobil.
Ainun tidak silau dengan semua pangkat dan kekayaan, ia lebih memilih Habibie dan menikah dengannya. Setelah menikah, mereka pergi ke Jerman. Disana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat pesawat terbang produksi anak bangsa seperti janji yang pernah diucapkan ketika sakit.
Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata tidak dihormati di negerinya sendiri. Mimpi untuk membangun tanah air mengalami banyak hambatan. Terpaksa ia bekerja di industri Kereta Api di Jerman. Sampai tiba masanya Habibie memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpinya. Ia kembali ke Indonesia dan mulai berkarya. Habibie sukses mengembangkan teknologi di tanah air.
Kesuksesan Habibie mengabdikan diri pada negara, berdampak pada keluarganya. Ia tak lagi memiliki waktu untuk keluarga, bahkan untuk dirinya sendiri. Ia hanya sempat tidur satu jam setiap hari. Usai melepas jabatan sebagai Presiden RI, ia kembali ke Jerman bersama Ainun. Di Jerman mereka hidup lebih tenang dan damai. Tapi tak bertahan lama. Ainun divonis menderita kanker ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan menjalankan operasi berkali-kali.
Selama sakit, Habibie dengan setia merawat Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata. Sebuah perpisahan yang sangat berat bagi siapapun yang saling mencinta.
Kebersamaan Yang Indah
Sangat mendalam kebersamaan Habibie dengan Ainun. Rasa cinta terhadap sang isteri sedemikian besar, hingga Habibie merasakan kekosongan dalam relung jiwanya. Konon, kira-kira dua pekan setelah kematian Ainun, suatu hari Habibie memakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir, sambil memanggil “Ainun… Ainun…” Ia mencari Ainun di setiap sudut rumah.
Ainun adalah perempuan istimewa di mata Habibie. Ia menepati janji untuk selalu mendampingi Habibie sampai akhir hidupnya, di kala susah maupun senang. Bahkan pada detik-detik terakhir menjelang kepergiannya, ia tetap memikirkan Habibie. “Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang sempurna untukmu. Tapi saya akan selalu mendampingimu, saya janji itu.” Itu janji Ainun ketika dilamar oleh Habibie. Dan ia membuktikannya.
Episode Habibie dan Ainun adalah contoh keluarga yang mampu menjaga kebersamaan hingga akhir usia. Sudah pasti, mereka juga diterpa berbagai dinamika kehidupan layaknya pasangan lainnya. Namun Habibie dan Ainun mampu bertahan dan menjaga kebersamaan yang begitu indah. Habibie sebagai suami memiliki banyak kelemahan, sebagaimana suami lainnya. Ainun sebagai isteri juga memiliki banyak kekurangan, sebagaimana isteri lainnya. Namun mereka berdua mampu menjadi pasangan yang setia dan bahagia hingga akhir usia.
Tidak perlu sempurna untuk menjadi pasangan yang setia dan bahagia. Semua dari kita memiliki kelemahan dan kekurangan. Tidak ada suami yang sempurna, sebagaimana tidak ada isteri yang sempurna. Untuk itu, yang diperlukan adalah kedewasaan sikap dalam menjalani kehidupan keluarga. Setiap badai, setiap masalah, setiap tantangan, harus disikapi dengan penuh kehati-hatian, agar tidak menggoyahkan kekokohan keluarga. Masalah sebesar apapun akan terasa indah, apabila mampu disikapi dengan tepat dan dilewati dengan kebersamaan.

Kita Hadapi Bersama
Di antara kunci menikmati kebersamaan adalah pada sikap suami dan isteri saat menghadapi permasalahan. “Kita hadapi bersama”, adalah kata kuncinya. Persoalan suami dan isteri harus dihadapi bersama, bukan saling melempar kesalahan kepada pihak lainnya. Kadang suami merasa benar sendiri, dan menganggap isteri yang salah. Kadang isteri merasa selalu benar, dan suamilah yang salah. Sikap saling melempar ini tidak produktif, karena menunjukkan ketidakdewasaan sikap hidup berkeluarga.
“Itu masalahmu sendiri, bukan masalahku”, ungkapan seperti ini menandakan tidak adanya kebersamaan saat menghadapi permasalahan. Bahkan seandainya masalah tersebut terkait pekerjaan di kantor, atau urusan yang menyangkut jabatan, profesi, atau posisi di tempat kerja. Suami dan isteri tetap memiliki peran saling meringankan dengan berbagai cara yang bijak. Bukan intervensi dalam sisi profesional atau jabatan, tetapi intervensi dalam kaitan moral. Sebagai suami isteri, yang harus saling berbagi, saling meringankan beban, saling membantu dan menjaga.
Masalah apapun akan lebih ringan dihadapi, apabila suami dan isteri mampu menjaga sikap “kita hadapi bersama”. Sikap ini menunjukkan kuatnya kebersamaan antara suami dan isteri. “Ini masalah kita, maka mari kita hadapi bersama”. Alangkah indah sikap seperti ini. Sebuah kedewasaan dalam menjalani hidup bersama di dalam rumah tangga. Suami dan isteri saling bergandengan tangan, melewati hari-hari penuh kebahagiaan, karena mereka mampu merawat kebersamaan.
Selamat pagi, selamat beraktivitas dengan penuh cinta kepada keluarga. Salam Kompasiana.

Rabu, 06 Maret 2013

  SIAP2   MAU PULANG  SUDAH  JAM  PULANG  KANTOR......   SEMANGAT  TERUS...

Jumat, 01 Maret 2013

PENGALAMAN PERTAMAKU

Asyik juga  belajar  buat  Website.... pertamakali...   jadi   buat pengalaman sekaligus pengetahuan,
 dan  salah  satu  ilmu  yang   kita  harus  ketahui.. karena  banyak   sekali  manfaatnya.
Kami  ucapkan  Syukron  terimakasih  kepada  instruktur.....Bung  Irwan  Burhan,.  moga   dapat  pahala  dan   ganjaran  dari Allah  yang Maha  Esa dan Kuasa.    Begitu  juga   anaku  si  Irfan   Mufid Al-Mutawakkil  yang  lagi  belajar  di Pesantren  Darunnjah  di  Ulu Jami  Pesanggrahan  Jakarta  Selatan.  moga  jadi  anak  yang  soleh....   Selamat  Belajar  semoga  sukses.   Untk  Kahfi  yang  lagi  Kuliah di Unsrat Fak.Kesehatan Masyarkat,  rajin belajar ya ! dan semangat.... maju  terus...   moga   menjadi  Mahasiswa  Teladan   dan  untuk  Luqmanul  Hakim   jadi  Siswa   The Best  di  SMA  7 Manado  juga  si  Bungsu  Nabil  Mubarok  jadi  juara  kelas  1 di SD  Islamic Center  Manado.    Salam hormat  buat  Alm.  Ayahku moga diampunkan  dosa2nya dan diterima  amal  ibadahnya.     Juga untuk Ibuku yang  telah  melahirkan dan keluarga  Besar  Depok serta teman2 di  Alumni  SMA  1 Jakarta,  Alumni TD 76  Taman  Siswa  Jakarta.    Trims....   Buat Instruktrur Bung  Iwan Burhan.  Wslm.  Bambang  Iriawan dan  keluarga di  Manado.       DAN  JUGA    BUNG   HAKIM....